Kamis, 06 Juli 2017

Laporan Morfologi Tumbuhan Diagram Bunga

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tumbuhan dapat memperbanyak diri atau berkembangbiak, baik secara vegetatif (aseksual atau tak kawin) maupun generatif (seksual atau kawin). Organ tumbuhan yang merupakan alat perkembangbiakan sangat bermacam-macam. Karena itu alat perkembangbiakan tumbuhan dibedakan dalam dua golongan, yaitu alat perkembangbiakan vegetatif, dimana organ tumbuhan dapat menjadi individu baru tanpa adanya peristiwa perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina), dan alat perkembangbiakan generatif, melalui peristiwa perkawinan (Rosanti, 2013).
Alat perkembangbiakan vegetatif dapat berupa umbi batang, umbi lapis, geragih, luas, stek batang, stek daun, dan stek akar. Sedangkan alat perkembangbiakan generatif adalah bunga. Dalam sekuntum bunga terdapat organ reproduksi yang disebut benang sari dan putik. Benang sari merupakan organ kelamin jantan, sedangkan putik merupakan organ kelamin betina (Rosanti, 2013).
Pada umumnya bunga dapat menunjukkan suatu simetri dalam bentuknya. Banyak bunga dapat dibelah oleh sebuah bidang vertikal, ke manapun arahnya, menjadi dua bagian yang sama dan sebangun. Bidang vertikal ini disebut bidang simetri (Darjanto, 1982).
Rumus dan diagram bunga merupakan gambaran yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagian secara skematis. Rumus dan diagram bunga melukiskan jumlah perhiasan dan kelamin bunga serta simetrinya (Mulyani, 2006).
Jadi, yang melatar belakangi pembuatan praktikum ini untuk mengetahui cara membuat rumus dan diagram bunga.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang rumus dan diagram bunga yaitu untuk membuat rumus dan diagram bunga.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Struktur Bunga
Struktur bunga secara umum terdiri dari tangkai bunga, dasar bunga, perhiasan bunga dan organ reproduksi. Tangkai bunga (pedicellus) merupakan bagian bunga yang memiliki sifat batang yang jelas, umumnya berwarna hijau. Dasar bunga (receptaculum) merupakan ujung tangkai bunga yang melebar. Struktur bunga dapat dilihat pada gambar berikut (Rosanti, 2013):

Gambar 1. Struktur Bunga
(Sumber: Rosanti, 2011)

B.       Perhiasan Bunga
Perhiasan bunga terdiri dari kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Pada beberapa tumbuahan, kadang-kadang dijumpai adanya kelopak tambahan (epicalyx). Ada juga tumbuhan yang memiliki perhiasan bunga dimana struktur calyx dan corolla tidak dapat dibedakan. Struktur seperti ini dikenal dengan istilah tenda bunga (perigonium) (Rosanti, 2013).
1.         Kelopak Bunga (Calyx)
Kelopak biasanya berwarna hijau, letaknya pada lingkaran sebelah luar bunga. Umumnya berwarna hijau karena termodifkasi dari daun dan berfungsi melindungi kuncup yang masih muda. Kelopak terdiri dari daun-daun kecil, dengan jumlah yang beragam. Satu daun kelopak disebut sepala. Jika daun kelopak terdiri dari satu, dinamakan sepalea. Jadi kelopak terdiri dari banyak dain kelopak yang disebut sepalea (Rosanti, 2013).
Pada beberapa bunga, ada sering kali kelopak yang tidak berwarna hijau, tetapi berwarna-warni menarik perhatian. Kelopak seperti ini dinamakan kelopak pemikat (lokblad). Kelopak pemikat merupakan modifikasi daun pelindung. Kelopak pemikat dapat ditemukan pada bunga nusa indah (Mussaenda frondusa) dan bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Contoh kelopak pemikat dapat dilihat pada gambar berikut (Rosanti, 2013):
Gambar 2. bugenvil (Bougainvillea spectabilis)
(Sumber: 2013)

Bisa dilipat menjadi beberapa kali lipatan, kelopak memiliki bentuk yang beraturan (actinomorphus) atau simetris bilateral (zygomorphus). Kelopak beraturan disebut kelopak dengan simetris yang setangkup. Kelopak beraturan dapat dilipat menjadi beberapa bagian setangkup sama besar. Kelopak beraturan serung dilambangkan dengan tanda simetri bintang (*). Sedangkan kelopak yang simetris bilateral hanya dapat dilipat setangkup satu bagian saja. Kelopak simetris bilateral sering diberi lambing cermin (↑) (Rosanti, 2013).
Kelopak beraturan dapat berbentuk bintang, tabung, terompet, piala, lonceng dan lain-lain. Sedangkan kelopak simetris dapat berbentuuk bertaji (calcaratus). Contoh kelopak simetris bilateral dapat ditemukan pada tumbuhan pacar air, anggrek, dan tumbuhan-timbuhan dari familia Labiatae atau tumbuhan berbibir (Rosanti, 2013).
2.      Mahkota Bunga (Corolla)
Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga yang terletak di sebelah dalam kelopak. Umumnya berukuran besar, berwarna-warni, berbau harum, sehingga menarik perhatian terutama bagi serangga penyerbuk. Selain menarik perhatian serangga penyerbuk, juga berfungsi untuk melindungi alat kelamin bunga sebelum terjadinya penyerbukan (Rosanti, 2013).
Mahkota bunga terdiri dari daun-daun mahkota (petala). Satu daun mahkota disebut petala. Jika daun kelopak lebih dari satu, dinamakan petalae. Jadi, mahkota merupakan kumpulan dari daun-daun mahkota (Rosanti, 2013).
Gambar 3. Petalea tidak berlekatan pada Hibiscus sp.
(Sumber: Rosanti, 2013)

Sama seperti daun-daun kelopak, daun-daun mahkota ada yang berlekatan (sympetalus) atau tidak berlekatan atau saling lepas (dialypetalus). Bahkan beberapa bunga tidak memiliki daun-daun mahkota (apetalus), sehingga disebut bunga telanjang (Rosanti, 2013).
Seperti kelopak, mahkota bunga juga memiliki bentuk yang beraturan (actinomorphus) atau simetris bilateral (zygomorphus). Mahkota beraturan sering dilambangkan dengan tanda (*), sedangkan mahkota simetris bilateral sering dilambangkan dengan tanda (↑). Mahkota beraturan dapat dilipat menjadi beberapa bagian setangkup yang sama besar, sedangkan mahkota simetris bilateral hanya dapat dilipat setangkup satu bagian saja (Mulyani, 2006).
3.         Tenda Bunga (Perigonium)
Beberapa bunga memiliki kelopak dan mahkota yang memiliki bentuk dan warna yang sama, sehingga sukar dibedakan. Struktur seperti ini dinamakan tenda bunga. Setiap tenda bunga terdiri dari daun-daun tenda bunga (tepala). Satu daun tenda bunga disebut tepala. Jika daun tenda bunga lebih dari satu, dinamakan tepalae. Jadi, tenda bunga merupakan kumpulan dari daun-daun tenda bunga yang disebut tepalae (Rosanti, 2013).
Daun-daun tenda bunga ada yang berlekatan dan ada yang tidak berlekatan. Daun tenda bunga dibedakan menjadi dua, yaitu yang menyerupai kelopak, jika berwarna kehijauan, seperti pada famili  Palmae dan yang menyerupai mahkota. Contoh tenda bunga dapat dilihat pada gambar berikut (Rosanti, 2013):
Gambar 4. Tenda bunga pada Gloriosa superb
(Sumber: Rosanti, 2013)

C.      Organ Peroduktif Bunga
Menurut Rosanti (2013), organ reproduktif bunga merupakan alat perkembangbiakan. Bunga memiliki dua organ reproduktif, yaitu organ reproduktif jantan berupa benang sari (stamen), dan organ reproduktif betina berupa putik (pistillum).
1.         Benang Sari (Stamen)
Benang sari terdiri dari kepala sari (anthera), tangkai sari (filamentum) dan penghubung antara ruang sari (connectivum). Benang sari dapat duduk pada bunga dalam tiga cara. Ada yang duduk di dasar bunga, duduk di atas kelopak bunga dan duduk di atas mahkota bunga (Rosanti, 2013).
Berdasarkan jumlahnya, benang sari digolongkan menjadi tiga jenis yaitu benang sari banyak, benang sari yang tersusun dalam dua lingkaran dan benang sari yang sama banyak atau kurang dari jumlah mahkota (Rosanti, 2013).

2.         Putik (Pistillum)
Putik tersusun dari tiga struktur, yaitu kepala sari (stigma), tangkai sari (stylus) dan bakal buah (ovarium) (Darjanto, 1982).
Menurut letaknya pada dasar bunga, bakal buah ada yang menumpang (superus), jika bakal buah duduk di atas dasar bunga, sehingga letaknya lebih tinggi dari dasar bunga. Ada juga yang setengah tenggelam (hemi inferus), jika letaknya pada dasar bunga yang cekung, sehingga letaknya lebih rendah dari tepi dasar bunga. Selain itu bakal buah ada yang tenggelam (inferus), jika bagian samping bakal buah berlekatang dengan dasar bunga (Rosanti, 2013). 

D.      Rumus dan Diagram Bunga
1.         Rumus Bunga
Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota bunga, organ-organ reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili keseluruhan bunga majemuk. Susunan rumus bunga menyatakan posisi bunga mulai dari tangkai bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut, rumus bunga dimulai dari kelamin bunga tersebut, yang ditunjukkan oleh organ reproduktifnya (Rosanti, 2013).
Menurut Tjitosoepomo (2009), lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat-sifat bunga bertalian dengan simetri dan jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan dari bagian-bagiannya, sedangkan angka menyatakan jumlah masing-masing bagian bunga. Oleh suatu rumus bunga dapat ditunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a)      Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singaktan kata kalix (calix), yang merupakan istilah ilmiah untuk kelopak.
b)      Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla (istilah untuk mahkota bunga)
c)      Benang-benang sari yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).
d)     Putik yang dinyatakan dengan huruf G singakatan kata gymnaecium (istilah untuk alat betina pada bunga).
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya ditambahkan simetri yaitu (*) untuk bunga bersimetri banyak dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain itu juga lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (), untuk bunga jantan dipakai lambang (♂), dan untuk bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk dan benang sari (berlekatan atau berpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan adanya garis (di atas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik, sesuai kedudukannya (Tjitosoepomo, 2009).
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaiut huruf P singkatan kata perigonium (tenda bunga). Di belakang huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu ditaruh koma.  Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah. Maka rumusnya adalah (Tjitrosoepomo, 2009).

2.         Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak  tajuk bunga, benang  sari, dan putik. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga di gambarkan penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedangkan dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang lain. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambang yang sama (Tjitrosoepomo, 2009).
Menurut Tjitrosoepomo (2009), jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.         Letak bunga pada tumbuhan dalam hubungannya dengan perencanaan   suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga
1)        bunga pada ujung batang atau cabang (flosterminalis).
2)        bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris),
b.        Bagian-bagiann bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa lingkaran.
Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya. Kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah (Tjitrosoepomo, 2009).

















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum rumus dan diagram bunga dilaksanakan pada Senin 14 Desember 2015, pukul 15.00 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.       Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum rumus dan diagram bunga adalah baki, cutter, penggaris, jangka, pensil, dan kertas.
2.      Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum rumus dan diagram bunga adalah bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga tasbih (Canna sp.), Ranting alamanda (Allamanda cathartica L.), bunga kertas (Bougenvilla lotus L.), bunga teratai (Nymphaea lotus L.), dan bunga angrek kalajengking (Arachis flos-aeris).

C.      Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum rumus dan diagram bunga yaitu dipersiapkan semua alat dan bahan. Lalu dibuat rumus bunga dan diagram bunga dari bahan-bahan yang   tersedia.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil
            Tabel 1. Pengamatan Rumus dan Diagram Bunga
No
Diagram bunga
Rumus Bunga
1
Bunga teratai
 (Nymphaea lotus L.)









asimetri, , ,
2
Ranting alamanda
(Allamanda cathartica L.)









asimetri, , , ,

3
Bunga tasbih
(Canna sp.)
asimetri, 1 daun penumpu, , { , A},








4
Bunga anggrek kalajengking
(Arachis flos-aeris)








♂, asimetri, ,
5
Bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis)








, asimetri, , , ,
6
Bunga kertas
(Bougenvilia spectabilis)






, asimetri, ,   ,

B.       Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga teratai didapati rumus bunganya sebagai berikut yaitu asimetri, , , . Dari rumus bunga tersebut dapat diketahui bahwa bunga teratai juga merupakan bunga banci (hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin betinanya dan benang sari sebagai alat kelamin jantannya dalam satu bunga dan bersimetri banyak (polysimetris). Disebut mempunyai simetri banyak (polysimetris) karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Pada bunga teratai ini memiliki tenda bunga atau daun pemikat yang jumlahnya tidak terbatas yang tidak berlekatan. Benang sarinya jumlahnya banyak ( ) tersusun rapi dalam 1 lingkaran serta berlekatan satu sama lain dan putiknya (G)  hanya 1 yang menumpang pada bakal buah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga alamanda (Allamanda cathartica L.) mempunyai rumus bunga asimetri, , , , yang artinya bunga alamanda (Allamanda catharticaL.) termasuk bunga banci (hermaphroditus) karena memiliki dua alat kelamin yaitu benang sari sebagai alat kelamin jantannya dan putik sebagai alat kelamin betinanya dalam satu bunga dan memiliki simetri banyak (polysimetris). Dikatakan mempunyai simetri banyak karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Kelopak bunga terdiri dari 5 buah yang berlekatan dan terletak dalam 1 lingkaran, mahkota bunga berjumlah 5 buah yang berlekatan serta benang sari jumlahnya banyak ( dan tidak saling berlekatan, dan putik berjumlah 1 buah dan menumpang pada bakal buah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga tasbih mempunyai rumus bunga asimetri, 1 daun penumpu, , { , A}, . Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga tasbih merupakan bunga banci (hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin betina dan benang sari sebagai alat kelamin jantan dalam satu bunga dan mempunyai simetri banyak (polysimetris). Disebut mempunyai simetri banyak (polysimetris) karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Pada bunga Bunga tasbih (Canna sp.) mempunyai 1 daun penumpu, kemuadian terdapat kelopak bunga (K) yang berjumlah 3 buah ada 3 kelopak tambahan yang tidak berlekatan, mahkota bunganya (C) berjumlah 1 yang tidak berlekatan yang terletak paling dalam dengan mahkota tambahan berjumlah 2 buah yang tidak berlekatan terletak di tengah dan terdapat 2 mahkota tambahan lagi yang tidak berlekatan terletak paling luar, memiliki benang sarinya (A) dan bunga tasbih juga memiliki putik (G) yang berjumlah 1 buah yang menumpang di atas bakal buah.
Berdasarkan hasil pengamatan, bunga anggrek kalajengking mempunyai rumus bunga ♂, asimetri, , . Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga anggrek kalajengking merupakan bunga berjenis kelamin betina, karena hanya memiliki putik saja sebagai alat kelamin betinanya dan bersimetri banyak (polysimetris), karena tidak dapat dilipat. Bunga ini tidak memiliki kelopak dan mahkota, akan tetapi bunga  ini memiliki tenda bunga atau daun pemikat yang berjumlah 5 buah yang tidak berlekatan dan memiliki putik berjumlah 1 buah yang tenggelam pada dasar bunga. Bentuk mahkota bunganya memanjang yang bentuk dan ukurannya tidak sama. Ukuran tenda bunganya ada yang panjang dan ada yang pendek, yang bentuknya mirip kalajengking. Pada tenda bunga ini terdapat bintik-bintik coklat diseluruh permukaannya. Bunga ini tumbuh pada tangkainya. Setiap tangkai terdapat lebih dari 3 atau lebih bunga, sehingga bunga ini dikelompokkan dalam bunga majemuk.
Berdasarkan hasil pengamatan, bunga sepatu mempunyai rumus bunga. , asimetri, , , , Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga sepatu merupakan bunga berjenis kelamin banci (hermaphroditus) yang memiliki 2 alat kelamin sekaligus  yaitu putik sebagai alat kelamin betinanya dan benang sari sebagai alat kelamin jantannya. Serta bersimetri banyak (polysimetris), karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Kelopak (kalyx) bunga ini sebanyak 5 buah yang berlekatan. Jumlah mahkotanya sebanyak 5 buah yang berlekatan dan berwarna merah tua. Benang sari (androecium) pada bunga ini jumlahnya banyak (  yang tidak berlekatan dan putik (gynaecium) yang berjumlah 5 buah yang menumpang pada bakal buah. Bakal buahnya tenggelam pada dasar bunga. Hal ini sesuai dengan teori Tjitrosoepomo (2009), yang menyatakan bahwa bunga sepatu merupakan bunga banci, yaitu pada bunganya terdapat putik dan benang sari. Mempunyai kelopak yang saling berlekatan, mahkota bunga yang juga berlekatan. Benang sarinya sangat banyak dan tidak saling berlekatan.
Berdasarkan hasil pengamatan, bunga bugenvil (Bougenvilia spectabilis) mempunyai rumus , asimetri, , , , Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa bunga kertas (Bougenvilia spectabilis) merupakan bunga banci (hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin betina dan benang sari sebagai alat kelamin jantan dalam satu bunga, serta bersimetri banyak (polysimetris), karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup.  Pada tanaman ini, tenda bunganya atau daun pemikatnya ada 3 helaian yang tidak berlekatan. Benang sarinya banyak ( ) yang tidak berlekatan. Bunga ini memiliki putik (G) yang berjumlah 5 buah yang menumpang pada bakal buah. Bunga ini tumbuh pada ujung cabang. Setiap tangkai bunga terdapat lebih dari 2 bunga, sehingga termasuk bunga majemuk. Bunga ini ada yang berwarna merah muda, putih dan jingga. Hal ini sesuai dengan teori Tjitrosoepomo (2003), yang menyatakkan bahwa bunga kertas (Bougenvile) terletak diujung, namun ada pula yang terletak diketiak daun. Bunga ini daun pemikatnya ditempeli oleh satu bunga tabung untuk setiap satu daun pemikat. Bunga bugenvil memiliki kelopak pemikat.




BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa bunga disusun oleh beberapa organ tumbuh yaitu kelopak (calyx), tenda bunga (Perigonium) dan mahkota (corolla), disebut dengan perhiasan bunga. Sedangkan organ reproduktif jantan berupa benang sari (stamen), dan organ reproduktif betina berupa putik (pistillum), disebut alat kelamin bunga. Membuat susunan rumus bunga dimulai dari tangkai bunga sampai ke putik dan cara membuat diagram bunga dimulai dari putik bunga sampai ke kelopak bunga.























DAFTAR PUSTAKA

Darjanto dan Satifah, Siti, 1982. Biologi Bunga dan Teknk Penyerbukan Silang Buatan. Jakarta: Erlangga.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisus

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press



Tidak ada komentar:

Posting Komentar