BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuhan dapat memperbanyak diri
atau berkembangbiak, baik secara vegetatif
(aseksual atau tak kawin) maupun generatif (seksual atau kawin). Organ tumbuhan yang merupakan alat perkembangbiakan
sangat bermacam-macam. Karena itu alat perkembangbiakan tumbuhan dibedakan
dalam dua golongan, yaitu alat perkembangbiakan vegetatif, dimana organ tumbuhan dapat menjadi individu baru tanpa
adanya peristiwa perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina), dan alat
perkembangbiakan generatif, melalui
peristiwa perkawinan (Rosanti, 2013).
Alat perkembangbiakan vegetatif dapat berupa umbi batang, umbi
lapis, geragih, luas, stek batang, stek daun, dan stek akar. Sedangkan alat
perkembangbiakan generatif adalah bunga.
Dalam sekuntum bunga terdapat organ reproduksi yang disebut benang sari dan
putik. Benang sari merupakan organ kelamin jantan, sedangkan putik merupakan
organ kelamin betina (Rosanti, 2013).
Pada umumnya bunga dapat
menunjukkan suatu simetri dalam
bentuknya. Banyak bunga dapat dibelah oleh sebuah bidang vertikal, ke manapun arahnya, menjadi dua bagian yang sama dan
sebangun. Bidang vertikal ini disebut
bidang simetri (Darjanto, 1982).
Rumus dan diagram bunga merupakan
gambaran yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagian secara skematis. Rumus
dan diagram bunga melukiskan jumlah perhiasan dan kelamin bunga serta
simetrinya (Mulyani, 2006).
Jadi, yang melatar belakangi
pembuatan praktikum ini untuk mengetahui cara membuat rumus dan diagram bunga.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang
rumus dan diagram bunga yaitu untuk membuat rumus dan diagram bunga.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Struktur
Bunga
Struktur bunga secara umum terdiri dari tangkai
bunga, dasar bunga, perhiasan bunga dan organ reproduksi. Tangkai bunga (pedicellus) merupakan bagian bunga yang
memiliki sifat batang yang jelas, umumnya berwarna hijau. Dasar bunga (receptaculum) merupakan ujung tangkai
bunga yang melebar. Struktur bunga dapat dilihat pada gambar berikut (Rosanti,
2013):
Gambar
1. Struktur Bunga
(Sumber:
Rosanti, 2011)
B.
Perhiasan
Bunga
Perhiasan bunga terdiri dari
kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Pada beberapa tumbuahan,
kadang-kadang dijumpai adanya kelopak tambahan (epicalyx). Ada juga tumbuhan yang memiliki perhiasan bunga dimana
struktur calyx dan corolla tidak dapat dibedakan. Struktur
seperti ini dikenal dengan istilah tenda bunga (perigonium) (Rosanti, 2013).
1.
Kelopak Bunga (Calyx)
Kelopak biasanya berwarna hijau,
letaknya pada lingkaran sebelah luar bunga. Umumnya berwarna hijau karena
termodifkasi dari daun dan berfungsi melindungi kuncup yang masih muda. Kelopak
terdiri dari daun-daun kecil, dengan jumlah yang beragam. Satu daun kelopak disebut
sepala. Jika daun kelopak terdiri
dari satu, dinamakan sepalea. Jadi
kelopak terdiri dari banyak dain kelopak yang disebut sepalea (Rosanti, 2013).
Pada beberapa bunga, ada sering
kali kelopak yang tidak berwarna hijau, tetapi berwarna-warni menarik
perhatian. Kelopak seperti ini dinamakan kelopak pemikat (lokblad). Kelopak pemikat merupakan modifikasi daun pelindung.
Kelopak pemikat dapat ditemukan pada bunga nusa indah (Mussaenda frondusa) dan bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Contoh kelopak pemikat dapat dilihat pada
gambar berikut (Rosanti, 2013):
Gambar 2. bugenvil (Bougainvillea spectabilis)
(Sumber: 2013)
Bisa dilipat menjadi beberapa kali
lipatan, kelopak memiliki bentuk yang beraturan (actinomorphus) atau simetris
bilateral (zygomorphus). Kelopak
beraturan disebut kelopak dengan simetris yang setangkup. Kelopak beraturan
dapat dilipat menjadi beberapa bagian setangkup sama besar. Kelopak beraturan
serung dilambangkan dengan tanda simetri
bintang (*). Sedangkan kelopak yang simetris
bilateral hanya dapat dilipat setangkup satu bagian saja. Kelopak simetris bilateral sering diberi lambing
cermin (↑) (Rosanti, 2013).
Kelopak beraturan dapat berbentuk
bintang, tabung, terompet, piala, lonceng dan lain-lain. Sedangkan kelopak simetris dapat berbentuuk bertaji (calcaratus). Contoh kelopak simetris bilateral dapat ditemukan pada
tumbuhan pacar air, anggrek, dan tumbuhan-timbuhan dari familia Labiatae atau tumbuhan berbibir
(Rosanti, 2013).
2. Mahkota
Bunga (Corolla)
Mahkota bunga merupakan perhiasan
bunga yang terletak di sebelah dalam kelopak. Umumnya berukuran besar,
berwarna-warni, berbau harum, sehingga menarik perhatian terutama bagi serangga
penyerbuk. Selain menarik perhatian serangga penyerbuk, juga berfungsi untuk
melindungi alat kelamin bunga sebelum terjadinya penyerbukan (Rosanti, 2013).
Mahkota bunga terdiri dari
daun-daun mahkota (petala). Satu daun
mahkota disebut petala. Jika daun
kelopak lebih dari satu, dinamakan petalae.
Jadi, mahkota merupakan kumpulan dari daun-daun mahkota (Rosanti, 2013).
Gambar 3. Petalea tidak berlekatan pada Hibiscus
sp.
(Sumber: Rosanti, 2013)
Sama seperti daun-daun kelopak,
daun-daun mahkota ada yang berlekatan (sympetalus)
atau tidak berlekatan atau saling lepas (dialypetalus).
Bahkan beberapa bunga tidak memiliki daun-daun mahkota (apetalus), sehingga disebut bunga telanjang (Rosanti, 2013).
Seperti kelopak, mahkota bunga juga
memiliki bentuk yang beraturan (actinomorphus)
atau simetris bilateral (zygomorphus). Mahkota beraturan sering
dilambangkan dengan tanda (*), sedangkan mahkota simetris bilateral sering dilambangkan dengan tanda (↑). Mahkota
beraturan dapat dilipat menjadi beberapa bagian setangkup yang sama besar,
sedangkan mahkota simetris bilateral
hanya dapat dilipat setangkup satu bagian saja (Mulyani, 2006).
3.
Tenda Bunga (Perigonium)
Beberapa bunga memiliki kelopak dan
mahkota yang memiliki bentuk dan warna yang sama, sehingga sukar dibedakan.
Struktur seperti ini dinamakan tenda bunga. Setiap tenda bunga terdiri dari
daun-daun tenda bunga (tepala). Satu
daun tenda bunga disebut tepala. Jika
daun tenda bunga lebih dari satu, dinamakan tepalae.
Jadi, tenda bunga merupakan kumpulan dari daun-daun tenda bunga yang disebut tepalae (Rosanti, 2013).
Daun-daun tenda bunga ada yang berlekatan
dan ada yang tidak berlekatan. Daun tenda bunga dibedakan menjadi dua, yaitu
yang menyerupai kelopak, jika berwarna kehijauan, seperti pada famili Palmae
dan yang menyerupai mahkota. Contoh tenda bunga dapat dilihat pada gambar
berikut (Rosanti, 2013):
Gambar 4. Tenda bunga pada Gloriosa superb
(Sumber: Rosanti, 2013)
C.
Organ
Peroduktif Bunga
Menurut Rosanti (2013), organ
reproduktif bunga merupakan alat perkembangbiakan. Bunga memiliki dua organ
reproduktif, yaitu organ reproduktif jantan berupa benang sari (stamen), dan organ reproduktif betina
berupa putik (pistillum).
1.
Benang Sari (Stamen)
Benang sari terdiri dari kepala
sari (anthera), tangkai sari (filamentum) dan penghubung antara ruang
sari (connectivum). Benang sari dapat
duduk pada bunga dalam tiga cara. Ada yang duduk di dasar bunga, duduk di atas
kelopak bunga dan duduk di atas mahkota bunga (Rosanti, 2013).
Berdasarkan jumlahnya, benang sari
digolongkan menjadi tiga jenis yaitu benang sari banyak, benang sari yang tersusun
dalam dua lingkaran dan benang sari yang sama banyak atau kurang dari jumlah
mahkota (Rosanti, 2013).
2.
Putik (Pistillum)
Putik tersusun dari tiga struktur,
yaitu kepala sari (stigma), tangkai
sari (stylus) dan bakal buah (ovarium) (Darjanto, 1982).
Menurut letaknya pada dasar bunga,
bakal buah ada yang menumpang (superus),
jika bakal buah duduk di atas dasar bunga, sehingga letaknya lebih tinggi dari
dasar bunga. Ada juga yang setengah tenggelam (hemi inferus), jika letaknya pada dasar bunga yang cekung, sehingga
letaknya lebih rendah dari tepi dasar bunga. Selain itu bakal buah ada yang
tenggelam (inferus), jika bagian
samping bakal buah berlekatang dengan dasar bunga (Rosanti, 2013).
D.
Rumus
dan Diagram Bunga
1.
Rumus Bunga
Rumus bunga merupakan gambaran
tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga menunjukkan keadaan kelopak bunga,
mahkota bunga, organ-organ reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan
bunga majemuk, untuk menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja,
yang mewakili keseluruhan bunga majemuk. Susunan rumus bunga menyatakan posisi
bunga mulai dari tangkai bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut, rumus
bunga dimulai dari kelamin bunga tersebut, yang ditunjukkan oleh organ
reproduktifnya (Rosanti, 2013).
Menurut Tjitosoepomo (2009), lambang-lambang
yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat-sifat bunga bertalian
dengan simetri dan jenis kelaminnya,
huruf-huruf merupakan singkatan dari bagian-bagiannya, sedangkan angka
menyatakan jumlah masing-masing bagian bunga. Oleh suatu rumus bunga dapat
ditunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singaktan kata kalix (calix), yang
merupakan istilah ilmiah untuk kelopak.
b)
Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan
kata corolla (istilah untuk mahkota bunga)
c)
Benang-benang sari yang dinyatakan dengan huruf A singkatan
kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).
d)
Putik yang dinyatakan dengan huruf G singakatan kata gymnaecium (istilah
untuk alat betina pada bunga).
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya ditambahkan simetri yaitu (*) untuk bunga bersimetri
banyak dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain itu juga lambang yang
menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (☿), untuk bunga jantan dipakai
lambang (♂), dan untuk bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan
keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk dan benang sari (berlekatan atau
berpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah,
dinyatakan adanya garis (di atas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah
putik, sesuai kedudukannya (Tjitosoepomo, 2009).
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya,
kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaiut
huruf P singkatan kata perigonium (tenda bunga). Di belakang huruf-huruf
tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian
tadi dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu
ditaruh koma. Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun
mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah. Maka rumusnya
adalah (Tjitrosoepomo, 2009).
2.
Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar
proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang,
jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun
kelopak tajuk bunga, benang sari, dan putik. Perlu diperhatikan,
bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga di gambarkan penampang
melintang bagian tengah-tengahnya, sedangkan dari benang sari digambarkan
penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari
diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga
tadi dan bagaimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang
lain. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan
sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan
digambarkan dengan lambang yang sama (Tjitrosoepomo, 2009).
Menurut Tjitrosoepomo (2009), jika
kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Letak bunga pada tumbuhan dalam hubungannya dengan
perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam
letak bunga
1)
bunga pada ujung batang atau cabang (flosterminalis).
2)
bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris),
b.
Bagian-bagiann bunga yang akan kita buat diagram tadi
tersusun dalam berapa lingkaran.
Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita
tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah
lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya. Kemudian melalui titik pusat
lingkaran-lingkaran yang konsentris
itu kita buat garis tegak lurus (vertikal).
Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam
digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir
penampang melintang bakal buah (Tjitrosoepomo, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum rumus dan diagram bunga
dilaksanakan pada Senin 14 Desember 2015, pukul 15.00 WIB. Dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Raden Fatah Palembang.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam praktikum rumus dan diagram bunga adalah baki, cutter, penggaris, jangka, pensil, dan kertas.
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum rumus dan
diagram bunga adalah bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga tasbih
(Canna sp.), Ranting alamanda (Allamanda cathartica L.),
bunga kertas (Bougenvilla lotus L.), bunga teratai (Nymphaea
lotus L.), dan bunga angrek kalajengking (Arachis flos-aeris).
C.
Cara
Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan
dalam praktikum rumus dan diagram bunga yaitu dipersiapkan semua alat dan
bahan. Lalu dibuat rumus bunga dan diagram bunga dari bahan-bahan yang
tersedia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Rumus dan
Diagram Bunga
No
|
Diagram bunga
|
Rumus Bunga
|
1
|
Bunga teratai
(Nymphaea lotus L.)
|
☿asimetri,
|
2
|
Ranting alamanda
(Allamanda cathartica L.)
|
☿asimetri,
|
3
|
Bunga tasbih
(Canna sp.)
|
☿asimetri, 1 daun penumpu,
|
4
|
Bunga anggrek kalajengking
(Arachis flos-aeris)
|
♂, asimetri,
|
5
|
Bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis)
|
☿, asimetri,
|
6
|
Bunga kertas
(Bougenvilia spectabilis)
|
☿, asimetri,
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga
teratai didapati rumus bunganya sebagai berikut yaitu ☿asimetri,
,
,
.
Dari rumus bunga tersebut dapat diketahui bahwa bunga teratai juga merupakan
bunga banci (hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin
betinanya dan benang sari sebagai alat kelamin jantannya dalam satu bunga dan
bersimetri banyak (polysimetris). Disebut mempunyai simetri
banyak (polysimetris) karena bunga ini dapat dilipat
lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Pada bunga teratai ini
memiliki tenda bunga atau daun pemikat yang jumlahnya tidak terbatas yang tidak
berlekatan. Benang sarinya jumlahnya banyak (
)
tersusun rapi dalam 1 lingkaran serta berlekatan satu sama lain dan putiknya
(G) hanya 1 yang menumpang pada bakal buah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga
alamanda (Allamanda cathartica L.) mempunyai rumus bunga
☿asimetri,
,
,
,
yang
artinya bunga alamanda (Allamanda catharticaL.) termasuk bunga
banci (hermaphroditus) karena memiliki dua
alat kelamin yaitu benang sari sebagai alat kelamin jantannya dan putik sebagai alat kelamin betinanya
dalam satu
bunga dan memiliki simetri banyak (polysimetris). Dikatakan mempunyai simetri banyak
karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut
setangkup. Kelopak bunga terdiri dari 5 buah yang berlekatan dan terletak dalam 1
lingkaran, mahkota bunga berjumlah 5 buah yang berlekatan serta benang sari jumlahnya banyak (
) dan tidak saling
berlekatan, dan putik berjumlah 1 buah dan menumpang pada bakal buah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bunga
tasbih mempunyai rumus bunga ☿asimetri, 1 daun penumpu,
,
{
,
A},
.
Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga tasbih merupakan bunga
banci (hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin betina
dan benang sari sebagai alat kelamin jantan dalam satu bunga dan mempunyai simetri banyak (polysimetris). Disebut mempunyai simetri banyak (polysimetris) karena bunga ini dapat dilipat
lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Pada bunga Bunga tasbih
(Canna sp.) mempunyai 1 daun penumpu, kemuadian terdapat kelopak
bunga (K) yang berjumlah 3 buah ada 3 kelopak tambahan yang tidak berlekatan, mahkota
bunganya (C) berjumlah 1 yang tidak berlekatan yang terletak paling dalam dengan
mahkota tambahan berjumlah 2 buah yang tidak berlekatan terletak di tengah dan
terdapat 2 mahkota tambahan lagi yang tidak berlekatan terletak paling luar, memiliki
benang sarinya (A) dan bunga tasbih juga memiliki putik (G) yang berjumlah 1
buah yang menumpang di atas bakal buah.
Berdasarkan hasil
pengamatan, bunga
anggrek kalajengking mempunyai rumus bunga ♂, asimetri,
,
.
Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga
anggrek kalajengking merupakan bunga berjenis kelamin betina, karena hanya
memiliki putik saja sebagai alat kelamin betinanya dan bersimetri banyak (polysimetris), karena
tidak dapat dilipat. Bunga ini tidak memiliki kelopak dan mahkota, akan tetapi
bunga ini memiliki tenda
bunga atau daun pemikat yang berjumlah 5 buah yang tidak berlekatan dan
memiliki putik berjumlah 1 buah yang tenggelam pada dasar bunga. Bentuk mahkota
bunganya memanjang yang bentuk dan ukurannya tidak sama. Ukuran tenda bunganya
ada yang panjang dan ada yang pendek, yang bentuknya mirip kalajengking. Pada tenda
bunga ini terdapat bintik-bintik coklat diseluruh permukaannya. Bunga ini
tumbuh pada tangkainya. Setiap tangkai terdapat lebih dari 3 atau lebih bunga,
sehingga bunga ini dikelompokkan dalam bunga majemuk.
Berdasarkan hasil
pengamatan, bunga sepatu mempunyai rumus bunga. ☿, asimetri,
,
,
,
Dari
rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada bunga
sepatu merupakan bunga berjenis kelamin banci (hermaphroditus) yang
memiliki 2 alat kelamin sekaligus yaitu
putik sebagai alat kelamin betinanya dan benang sari sebagai alat kelamin
jantannya. Serta bersimetri banyak (polysimetris),
karena bunga ini
dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup.
Kelopak (kalyx) bunga ini sebanyak 5 buah yang berlekatan. Jumlah
mahkotanya sebanyak 5 buah yang berlekatan dan berwarna merah tua. Benang sari
(androecium) pada bunga ini jumlahnya banyak (
yang tidak berlekatan dan putik (gynaecium)
yang berjumlah 5 buah yang menumpang pada bakal buah. Bakal buahnya tenggelam
pada dasar bunga. Hal ini sesuai dengan teori Tjitrosoepomo (2009), yang
menyatakan bahwa bunga sepatu merupakan bunga banci, yaitu pada bunganya
terdapat putik dan benang sari. Mempunyai kelopak yang saling berlekatan,
mahkota bunga yang juga berlekatan. Benang sarinya sangat banyak dan tidak saling
berlekatan.
Berdasarkan hasil
pengamatan, bunga bugenvil (Bougenvilia spectabilis)
mempunyai rumus ☿, asimetri,
,
,
,
Dari rumus tersebut dapat
diterangkan bahwa bunga kertas (Bougenvilia spectabilis)
merupakan bunga banci
(hermaphroditus) karena memiliki putik sebagai alat kelamin betina dan
benang sari sebagai alat kelamin jantan dalam satu bunga,
serta bersimetri banyak (polysimetris),
karena bunga ini
dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Pada tanaman ini, tenda bunganya atau daun
pemikatnya ada 3 helaian yang tidak berlekatan. Benang sarinya banyak (
) yang tidak berlekatan. Bunga ini memiliki putik (G) yang
berjumlah 5 buah yang menumpang pada bakal buah. Bunga
ini tumbuh pada ujung cabang. Setiap tangkai bunga terdapat lebih dari 2 bunga,
sehingga termasuk bunga majemuk. Bunga ini ada yang berwarna merah muda, putih
dan jingga. Hal ini sesuai dengan teori Tjitrosoepomo (2003), yang menyatakkan
bahwa bunga
kertas (Bougenvile) terletak diujung, namun ada pula yang terletak diketiak
daun. Bunga ini daun pemikatnya ditempeli oleh satu bunga
tabung untuk setiap satu daun pemikat. Bunga bugenvil memiliki kelopak pemikat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa bunga disusun oleh
beberapa organ tumbuh yaitu kelopak (calyx), tenda bunga (Perigonium) dan mahkota (corolla), disebut dengan perhiasan bunga.
Sedangkan organ reproduktif jantan berupa benang sari (stamen), dan organ reproduktif betina berupa putik (pistillum), disebut alat kelamin bunga.
Membuat
susunan rumus bunga dimulai dari tangkai bunga sampai ke putik dan cara membuat
diagram bunga dimulai dari putik bunga sampai ke kelopak bunga.
DAFTAR PUSTAKA
Darjanto dan Satifah, Siti, 1982. Biologi Bunga dan Teknk Penyerbukan Silang
Buatan. Jakarta: Erlangga.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Kanisus
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan.
Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar