Kamis, 06 Juli 2017

Laporan Praktikum Daun

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting, di samping itu tumbuhan juga memliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan makhluk hidup. Daun (Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan. Daun mempunyai helaian daun (lamina) yaitu bagian yang melebar yang bertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (petiolus). Buku-buku (nodus) adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun, tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar.
Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun dan helai daun. Jika tidak memiliki salah satu atau kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap dapat berupih, bertangkai, atau duduk langsung pada batang. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun. Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan helai daun, dan warna serta bagian permukaannya (Citrosupomo, 1989).
Jadi, yang melatar belakangi pembuatan praktikum ini untuk mengenal dan membedakan bagian-bagian daun.
B.       Tujuan Praktikum
Adapaun tujuan dari praktikum ini tentang bagian-bagian daun yaitu untuk mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannnya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pengertian Daun
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah Folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helai, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat transformasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan, dan daun juga berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pertukaran dan pernapasan gas) (Rosanti, 2013).
Daun merupakan bagian terpenting dari suatu tumbuhan dan berfungsi dalam proses fotosintesis. Pada sayatan epidermis daun bagian atas (adaksial) hanya memperlihatkan bentuk sel epidermis, sedangkan pada daun bagian bawah (abaksial) dapat dilihat adanya stomata ada yang membuka dan ada yang menutup. Adanya stomata pada bagian bawah berfungsi untuk mengurangi penguapan berlebihan. Tipe stomata pada daun adalah tipe parasitik dimana tiap sel penutup didampingi satu atau lebih sel tetangga yang sumbu memanjangnya sejajar dengan sumbu sel penutup (Yuzammi, 2015).
Luas daun dan morfologi daun sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh dan faktor lingkungan. Daun terkena cahaya dengan intensitas tinggi dan panas selama perkembangannya dapat mempengaruhi luas permukaan daun yaitu berukur (Tambaru, 2005).

B.     Bagian-bagian Daun
Menurut Citrosupomo (1989), daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1.         Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2.         Tangkai daun (petioles)
3.         Helaian daun (lamina)
Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan, misalnya: pohon pisang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp.) dan lain-lain (Citrosupomo, 1989).
Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun, yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut di atas. Daun yang demikian dinamakan daun tidak lengkap (Citrosupomo, 1989).
1.         Upih daun atau pelepah daun (Vagina)
Menurut Citrosupomo (1989), upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:
a)        Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).
b)        Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi.
2.         Tangkai Daun (Petioles)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya (Citrosupomo, 1989).
3.         Helaian Daun (Lamina)
Tumbuhan yang demikian banyak macam  dan ragamnya itu mempunyai daun yang helainya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya (Citrosupomo, 1989).
Menurut Citrosupomo (1989), mengenal susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan:
1.         Hanya terdiri atas tangkai dan helai saja, disebut daun bertangkai. Misalnya: nangka (Artocarpus integra Merr.) dan mangga (Mangifera indica L.).
2.      Daun terdiri atas upih dan helai, maka disebut daun berupih. Misalnya padi (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays L.) dan lain-lain.
3.         Daun hanya terdiri atas helai saja, sehingga langsung melekat atau duduk pada batang, maka disebut daun duduk (sessilis).
4.      Daun hanya terdiri atas tangkai saja dan tangkai biasanya lalu menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu dinamakan filodia. misalnya: Acacia auriculiformis A. Cunn.

C.    Struktur Daun Tunggal (Folium simplex)
1.      Struktur Daun Tunggal
Struktur daun yaitu tangkai daun (petioles), helai daun (lamina) dan pelepah atau upih (vagina). Apabila daun memiliki tiga struktur tersebut digolongkan sebagai daun lengkap, dan daun yang tidak memiliki salah satu dari struktur daun tersebut dinamakan daun tidak lengkap (Rosanti 2013).
2.      Bangun Daun (Circumscriptio)
Bangun daun merupakan bentuk helaian daun secara keseluruhan. Untuk menentukan helaian daun, dilakukan berdasarkan posisi bagian terlebar dari helaian daun, yaitu di tengah helaian daun, di bagian bawah helaian daun dan tidak adabagian yang terlebar. Hasil visualisasi yang tergambardari langkah-langkah tersebut merupakan bangun dari daun yang bersangkutan, misalnya bulat, segitiga, berbentuk jantung, belah ketupat dan sebagainya (Rosanti, 2013).
a)         Bagian Terlebar di tengah Helaian Daun
Bagian-bagian daun ini adalah bangun jorong, bangun perisai, bangun lanset dan bangun memanjang. Dikatakan bangun perisai jika letak tangkai daun berada di tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun. Dikatakan bangun jorong jika panjang dan lebar helaian daun melalui garis bantu berkisar antara 1,5 : 1 sampai 2 : 1. Dikatakan bangun memanjang jika melalui sketsa garis bantu perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 2,5 : 1 sampai 3 : 1. Dikatakan bangun lanset jika daun yang memiliki perbandinga lebar dan panjang daun antara 3 : 1 sampai 5 : 1 (Rosanti, 2013).
b)        Tidak Ada Bagian yang Terlebar
Bangun daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit, sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi: daun berbangun garis (linearis), umumnya memiliki helaian daun yang panjang, sempit dan tipis. Daun berbangun pita (ligulatus), umumnya memiliki ukuran daun yang jauh lebih panjang, menyerupai pita yang dapat dilipat-lipat ataupun digulung. Berbangun pedang (ensiformis), memiliki helaian yang tebal dan kaku, dengan bentuk panjang seperti pedang. Bangun kaku (subulatus), memiliki bentuk seperti panjang dan tajam, dengan struktur yang kaku. Bangun jarum (acerosus), mempunyai struktur yang panjang berbentuk bulat dan kaku, sehingga berdiri tegal di setiap helainya (Rosanti, 2013).
3.      Pangkal Daun (Basis  folli)
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi enam macam: Runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), ramping atau rata (truncatus) dan berlekuk (emarginatus) (Rosanti, 2013).
4.      Ujung Daun (Apex folii)
Ujung daun merupakan pucuk daun, dimana letaknya paling jauh dari pangkal daun. Dalam Morfologi Tumbuhan diketahui sedikitnya 7 bentuk ujung daun yaitu: runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), ramping atau rata (truncatus), terbelah (retusus), dan berduri (mucronatus) (Rosanti, 2013).
5.      Tepi Daun (Margo folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk (Rosanti, 2013).
6.      Daging Daun (Intervenium)
Daging daun merupakan isi dari daun. Daging daun berbeda-beda, ada yang yang berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging dan dapat dibedakan menjadi: tipis seperti selaput (membranaceus), tipis seperti kertas (papyraceus), tipis lunak (herbaceous), kaku (perkeimenteus), seperti kulit (coriaceus) dan berdaging (carnosus) (Rosanti, 2013).
7.      Pertulangan Daun (Nervatio)
Tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama dengan tulang manusia yang member kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dapat dibedakan menjadi: bertulang menyirip (pennineryis), bertulang menjari (palminervis), bertulang melengkung (cervinervis) dan bertulang lurus atau sejajar (rectinervis) (Rosanti, 2013).
8.      Warna Daun
Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda, seperti merah pada andong. Ada juga yang memiliki warna campuran seperti hijau bercampur merah, hijau keputihan, dan hijau kekuningan.
9.      Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu: licin (leavis), gundul (glaber), berkerut (rugosus), berbulu (pilosus) dan bersisik (lepidus) (Rosanti, 2013).

D.      Struktur Daun Majemuk (Folium compositum)
Daun majemuk merupakan tangkai daunnya bercabang-cabang dan helaian daunnya terletak pada cabang-cabang tersebut. daun majemuk memiliki tiga struktur yaitu ibu tangkai (petiolus communis), anak daun (foliolum) dan tangkai anak daun (petiololus). Ibu tangkai daun merupakan struktur tangkai daun yang paling besar, yang langsung duduk pada batang. Anak-anak daun merupakan helaian daun yang terbagi-bagi menjadi beberapa helaian yang kecil (Rosanti 2013).
1.         Jenis-jenis Daun Majemuk
Menurut Rosanti (2013), berdasarkan susunan anak daun dan tangkai anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), dan daun majemuk campuran (digitato pinnatus).
a)        Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)
Daun majemuk menyirip mempunyai anak-anak daun yang tersusun di kiri dan di kanan ibu tangkai daun (petioles communis). Biasanya daun-daun majemuk meyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil (Rosanti 2013).
b)      Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)
Cara untuk menentukan apakah suatu daun memiliki struktur daun majemuk menjari hampir sama dengan menentukan sistem tulang daun menjari. Pada daun majemuk menjari, yang harus diperhatikan adalah susunan anak-anak daun yang terpencar dari ujung ibu tangkai daun, seperti pada jari-jari tangan (Rosanti 2013).
c)      Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)
Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan susunan daun majemuk menjari. Perbedaan dapat dilihat pada dua anak daun terakhir, yang bisanya terletak di dekat ibu tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai daun, melainkan pada tangkai daun yang disampinya, sehingga seolah-olah memiliki kaki yang menunjang daun sampingnya. Contohnya daun rasberi (Rubus sp.) (Rosanti 2013).
d)     Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
Struktur daun majemuk campuran merupakan perpaduan dari daun majemuk menjari dan daun majemuk menyirip. Pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-cabang yang terpencar seperti jari. Pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak daun yang tersusun menyirip. Contohnya daun putrid malu (Mimosa pudice) (Rosanti, 2013).


E.       Tata Letak Daun Pada Batang
Tangkai daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk melekat pada batang atau cabang-cabang batang. Pada batang terdapat buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali nampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu cincin. Contohnya tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau familia Poaceae, seperti bambu (Bambusa sp.), dan tebu (Saccharum officinarum L.). Pada tumbuhan dikotil, buku batang tidak terlihat jelas, melainkan hanya membentuk seperti tonjolan pada batang (Rosanti, 2013).







BAB III
METODOLIGI PRATIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum Morfologi Tumbuhan tentang bagian-bagian daun dilaksanakan pada Senin 16 November 2015, pukul 15.00-16.50 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.       Alat Dan Bahan
1.         Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Morfologi Tumbuhan tentang bagian-bagian daun adalah lup, mikroskop binokuler, pensil warna, mistar, dan buku gambar.
2.         Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Morfologi Tumbuhan tentang bagian-bagian daun adalah daun bambu (Bambusa sp.), daun jagung (Zea mays), daun cemara kipas (Thuja orientalis), daun bawang (Allium hispolosium), daun kelapa (Cocos nucifera), daun talas pelangi (Caladium bicolor), daun bunga sepatu (Rosa sinensis), dan daun eforbia (Eufhorbia milli).

C.      Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum Morfologi Tumbuhan tentang bagian-bagian daun ada 2 cara, yaitu pertama diamati adalah daun bambu (Bambusa sp.), daun jagung (Zea mays), daun cemara kipas (Thuja orientalis), daun bawang (Allium hispolosium), daun kelapa (Cocos nucifera), daun talas pelangi (Caladium bicolor), daun bunga sepatu (Rosa sinensis), dan daun eforbia (Eufhorbia milli). Lalu dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut. Kedua digambar daun tersebut dan menunjukkan bagian vagina, pteiolus, dan lamina.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil
Tabel 1. Pengamatan Daun
Gambar
Keterangan
Daun Bambu (Bambusa sp.)
1.      Jenis Daun: Daun lengkap
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (ligulatus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4.      Apex Daun: Runcing (Acutus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (rectinervis)
8.      Permukaan Daun: Berbulu (pilosus)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Bunga Sepatu (Rosa sinensis)
1.       Jenis Daun: Daun bertangkai
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Jorong (ovalis)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obticus)
4.      Apex Daun: Meruncing (acuminatus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Bertoreh (divisus)
6.      Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8.      Permukaan Daun: Licin (laevis)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Jagung (Zea mays)
1.       Jenis Daun: Berpelepah
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (lingulatus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obticus)
4.      Apex Daun: Runcing (acutus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8.      Permukaan Daun: Berbulu (pilosus)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Talas Pelangi (Caladium bicolor)
1.       Jenis Daun: Daun Lengkap
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun perisai (peltatus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4.      Apex Daun: Meruncing (acuminatus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8.      Permukaan Daun: Licin (laevis)
9.      Warna Daun: Hijau dan Pink
Daun Cemara Kipas (Thuja orientalis)
1.       Jenis Daun: Bertangkai
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun jarum (acerosus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Rata (integer)
4.      Apex Daun: Tumpul (obtusus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Bertoreh (divisus)
6.      Daging Daun (Intervenium): Seperti kulit (coriaceus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8.      Permukaan Daun: Bersisik (lepidus)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Eforbia (Eufhorbia milli)
1.       Jenis Daun: Bertangkai
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Memanjang (oblongus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4.      Apex Daun: Rata (integer)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Berdaging (carnosus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8.      Permukaan Daun: Licin (laevis)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Bawang (Allium hispolosium)
1.       Jenis Daun: Berupih
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Memanjang (oblongus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Membulat (rotundatus)
4.      Apex Daun: Runcing (acutus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Lunak (herbaceous)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (revtinervis)
8.      Permukaan Daun: Licin (laevis)
9.      Warna Daun: Hijau
Daun Kepala (Cocos nucifera)
1.       Jenis Daun: Daun Lengkap
2.      Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (ligulatus)
3.      Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4.      Apex Daun: Runcing (acutus)
5.      Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6.      Daging Daun (Intervenium): Kaku (perkaimenteus)
7.      Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (rectinervis)
8.      Permukaan Daun: Licin (laevis)
9.      Warna Daun: Hijau

B.     Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terdapat 8 jenis daun yang diamati, daun pertama daun bambu (bambusa sp.) memiliki jenis daun lengkap karena memiliki upih daun, tangkai daun dan helaian daun, kemudian bangun daunnya (Circumscriptio) bangun pita (ligulatus) karena memiliki ukuran daun yang lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya runcing (Acutus) karena ujung daun mengecil dan menyempit, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daunnya (Intervenium) tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan daunnya (Nervatio) sejajar (rectinervis) karena posisi tulang cabang terlerak di kiri-kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya berbulu (pilosus) serta warna daunnya hijau. Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa daun bambu (Bambusa sp.) tergolong ke dalam daun lengkap karena memiliki upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina).
Pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis) memiliki jenis daunnya bertangkai karena hanya memiliki tangkai dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) jorong (ovalis) karena panjang dan lebar helaian daun melalui garis bantu berkisar antara 1,5 : 1 sampai 2 : 1, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obticus), apex daunnya meruncing (acuminatus), tepi daunnya (Margo folii) bertoreh (divisus), daging daunnya (Intervenium) tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kiri dan kanan tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa daun bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis) memiliki tangkai dan helaian daun sehingga disebut daun bertangkai.
Pada daun jagung (Zea mays) memiliki jenis daun yang berpelepah karena hanya memiliki pelepah dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) bangin pita (lingulatus) karena memiliki ukuran daun yang lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obticus), apex daunnya runcing (acutus) karena mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daunnya (Intervenium) tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulng-tulang cabang tersusun di sebelah kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya berbulu (pilosus) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2011), yang menyatakan bahwa daun yang hanya memiliki pelepah (vagina) dan helaian (lamina), sering disebut daun berpelepah. Contohnya pada daun jagung (Zea mays). Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa daun jagung (Zea mays) tergolong ke dalam bangun pita (lingulatus) yang serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi.
Pada daun talas pelangi (Caladium bicolor) memiliki jenis daun yang lengkap karena memiliki upih, tangkai dan helaian daun, bangun daunnya (Circumscriptio) bangun perisai (peltatus) karena letak tangkai daun berada di tengah-tengah helaian daun, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya meruncing (acuminatus) karena titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer) daging daunnya (Intervenium) tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau dan pink. Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa berbagai jenis tumbuhan talas tergolong ke dalam daun lengkap, karena memiliki upih daun (vagina), tangkai daun (petioles), dan helaian daun (lamina).
Pada daun cemara kipas (Thuja orientalis) memiliki jenis daun yang bertangkai karena hanya memiliki tangkai dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) bangun jarum (acerosus) karena strukturnya panjang, berbentuk bulat dan kaku, pangkal daunnya (Basis folii) rata (integer), apex daunnya tumpul (obtusus) karena jarak tepi daun jauh dari ibu tulang daun, tepi daun (Margo folii) bertoreh (divisus), daging daunnya (Intervenium) seperti kulit (coriaceus) karena daunnya cukup tebal, kaku dan keras tertapi tidak berair, pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kanan dan kiri ibu tulang daun, dan permukaan daunnya bersisik (lepidus) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun cemara kipas (Thuja orientalis) tergolong kedalam tipe daging daun seperti kulit (coriaceus).
Pada daun eforbia (Eufhorbia milii) memiliki jenis daun yang bertangkai karena hanya memiliki tangkai dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) memanjang (oblongus), pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya rata (integer), tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daun (Intervenium) berdaging (carnosus) karena memiliki struktur sangat tebal dan mengandung air, pertulangan daun (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang cabang tersusun disebelah kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun eforbia (Eufhorbia milli) merupakan daun yang berdaging sangat tebal.
Pada daun bawang (Allium hispolosium ) memiliki jenis daun yang berupih karena hanya memiliki upihnya saja, bangun daun (Circumscriptio) memanjang (oblongus), pangkal daun (Basis folii) membulat (rotundatus), apex daunnya runcing (acutus) karena mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daunnya (Intervenium) lunak (herbaceous) karena mengandung banyak air, pertulangan daunnya (Nervatio) sejajar (revtinervis) karena posisi tulang cabang terletak di kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun bawang (Allium hispolosium) tergolong daging daun (Intervenium) yang lunak (herbaceous) karena pada daunnya mengandung air.
Pada daun kelapa (Cocus nucifera) memiliki jenis daun yang lengkap karena memiliki upih, tangkai dan helaian daun, bangun daunnya (Circumscriptio) bangun pita (ligulatus) karena memiliki ukuran yang jauh lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya runcing (acutus) karena daunnya mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daunnya (Intervenium) kaku (perkaimenteus) karena umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga dapat digulung, pertulangan daunnya (Nervatio) sejajar (rectinervis) karena posisi tulang cabang terletak di kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun kelapa (Cocos nucifera) tergolong ke dalam daging daun (Intervenium) kaku (perkamenteus) yang umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan dibentuk apapun.
Menurut Citrosupomo (1989), daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian daun yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petioles), dan helaian daun (lamina). Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun, yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut maka dinamakan daun tidak lengkap.
BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat dikesimpulkan bahwa daun memiliki bagian-bagiannya seperti upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petioles), dan helaian daun (lamina). Setiap daun dari berbagai macam tanaman memilki karakteristik masing-masing. Karakteristik itu meliputi jenis daun, bangun daun (Circumscriptio) pangkal daun (Basis folii), ujung daun (Apex folii), tepi daun (Margo folii), daging daun (Intervenium) pertulangan daun (Nervatio), permukaan daun serta warna daun.
























DAFTAR PUSTAKA

Citrosupomo, Gembong. 1989. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nilasari, A., Heddy, S., Wardiyati, T., 2013. Identifikasi Keragaman Mortologi Daun Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun. Malang: Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 1.

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tambaru, E., Paembonan, S., Sanusi, D., Umar, A. 2005. Karakter Morfologi dan Tipe Stomata Daun Beberapa Jenis Pohon Penghijauan Hutan Kota di Kota Makassar. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.


Yuzammi, J., Suwastika, N., Pitopang, R., 2015. Studi Beberapa Aspek Botani Amorphophallus paeoniifolius Dennst. Nicolson (Araceae) di Lembah Palu. Palu: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu Indonesia. Online Jurnal of Natural Science ISSN: 2338-0950 Vol 4(1) :17-31.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar