BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah
satu penopang hidup manusia yang sangat penting, di samping itu tumbuhan juga
memliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan makhluk hidup. Daun (Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan
yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat
ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain
pada tumbuhan. Daun mempunyai helaian daun (lamina)
yaitu bagian yang melebar yang bertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (petiolus). Buku-buku (nodus) adalah bagian batang tempat duduk
atau melekatnya daun, tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang
dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan
melebar.
Daun lengkap terdiri
dari bagian pelepah daun, tangkai daun dan helai daun. Jika tidak memiliki
salah satu atau kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap. Umumnya
tumbuhan berdaun tidak lengkap dapat berupih, bertangkai, atau duduk langsung
pada batang. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk
mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian
daun terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan
antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun.
Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan
helai daun, dan warna serta bagian permukaannya (Citrosupomo, 1989).
Jadi,
yang melatar belakangi pembuatan praktikum ini untuk mengenal dan membedakan
bagian-bagian daun.
B.
Tujuan Praktikum
Adapaun
tujuan dari praktikum ini tentang bagian-bagian daun yaitu untuk mengenal dan
membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannnya.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian Daun
Daun merupakan struktur pokok
tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumya
memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah Folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helai, berbentuk
bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Daun memiliki fungsi antara lain
sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan
gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat transformasi atau pengangkutan zat
makanan hasil fotosintesis keseluruh
tubuh tumbuhan, dan daun juga berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi
(pertukaran dan pernapasan gas) (Rosanti, 2013).
Daun
merupakan bagian terpenting dari suatu tumbuhan dan berfungsi dalam proses fotosintesis. Pada sayatan epidermis daun bagian atas (adaksial) hanya memperlihatkan bentuk
sel epidermis, sedangkan pada daun
bagian bawah
(abaksial)
dapat dilihat adanya stomata ada yang
membuka dan ada yang
menutup. Adanya stomata
pada bagian bawah berfungsi untuk mengurangi penguapan
berlebihan. Tipe stomata pada daun
adalah tipe parasitik dimana tiap sel
penutup didampingi satu atau lebih sel tetangga yang sumbu memanjangnya sejajar
dengan sumbu sel penutup (Yuzammi, 2015).
Luas
daun dan morfologi daun sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh dan faktor lingkungan.
Daun terkena cahaya dengan intensitas tinggi dan panas selama perkembangannya
dapat mempengaruhi luas permukaan daun yaitu berukur (Tambaru, 2005).
B.
Bagian-bagian Daun
Menurut
Citrosupomo (1989), daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1.
Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2.
Tangkai daun (petioles)
3.
Helaian daun (lamina)
Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa
macam tumbuhan, misalnya: pohon pisang (Areca
catechu L.), bambu (Bambusa sp.) dan lain-lain (Citrosupomo, 1989).
Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun,
yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut di atas. Daun
yang demikian dinamakan daun tidak lengkap (Citrosupomo, 1989).
1.
Upih daun atau pelepah daun (Vagina)
Menurut
Citrosupomo (1989), upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk
batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:
a)
Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat
dilihat pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.).
b)
Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih
daun-daun semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang
tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi.
2.
Tangkai Daun (Petioles)
Tangkai
daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk
menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, sehingga dapat
memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya (Citrosupomo, 1989).
3.
Helaian Daun (Lamina)
Tumbuhan
yang demikian banyak macam dan ragamnya
itu mempunyai daun yang helainya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk,
ukuran, maupun warnanya (Citrosupomo, 1989).
Menurut Citrosupomo (1989), mengenal
susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan:
1.
Hanya terdiri atas tangkai dan helai saja, disebut daun
bertangkai. Misalnya: nangka (Artocarpus integra Merr.) dan mangga (Mangifera indica L.).
2. Daun terdiri atas upih dan helai,
maka disebut daun berupih. Misalnya padi (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays L.) dan lain-lain.
3.
Daun hanya terdiri atas helai saja, sehingga langsung
melekat atau duduk pada batang, maka disebut daun duduk (sessilis).
4. Daun hanya terdiri atas tangkai saja
dan tangkai biasanya lalu menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi
merupakan suatu helaian daun semu atau palsu dinamakan filodia. misalnya:
Acacia auriculiformis A. Cunn.
C.
Struktur Daun Tunggal (Folium simplex)
1. Struktur Daun Tunggal
Struktur daun yaitu tangkai daun (petioles), helai daun (lamina)
dan pelepah atau upih (vagina).
Apabila daun memiliki tiga struktur tersebut digolongkan sebagai daun lengkap,
dan daun yang tidak memiliki salah satu dari struktur daun tersebut dinamakan
daun tidak lengkap (Rosanti 2013).
2. Bangun Daun (Circumscriptio)
Bangun daun merupakan bentuk helaian daun secara
keseluruhan. Untuk menentukan helaian daun, dilakukan berdasarkan posisi bagian
terlebar dari helaian daun, yaitu di tengah helaian daun, di bagian bawah
helaian daun dan tidak adabagian yang terlebar. Hasil visualisasi yang tergambardari langkah-langkah tersebut merupakan
bangun dari daun yang bersangkutan, misalnya bulat, segitiga, berbentuk
jantung, belah ketupat dan sebagainya (Rosanti, 2013).
a)
Bagian Terlebar di tengah Helaian Daun
Bagian-bagian
daun ini adalah bangun jorong, bangun perisai, bangun lanset dan bangun
memanjang. Dikatakan bangun perisai jika letak tangkai daun berada di
tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun. Dikatakan bangun
jorong jika panjang dan lebar helaian daun melalui garis bantu berkisar antara
1,5 : 1 sampai 2 : 1. Dikatakan bangun memanjang jika melalui sketsa garis
bantu perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 2,5 : 1 sampai 3 : 1.
Dikatakan bangun lanset jika daun yang memiliki perbandinga lebar dan panjang daun
antara 3 : 1 sampai 5 : 1 (Rosanti, 2013).
b)
Tidak Ada Bagian yang Terlebar
Bangun
daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit,
sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi: daun berbangun garis (linearis), umumnya memiliki helaian daun
yang panjang, sempit dan tipis. Daun berbangun pita (ligulatus), umumnya memiliki ukuran daun yang jauh lebih panjang,
menyerupai pita yang dapat dilipat-lipat ataupun digulung. Berbangun pedang (ensiformis), memiliki helaian yang tebal
dan kaku, dengan bentuk panjang seperti pedang. Bangun kaku (subulatus), memiliki bentuk seperti
panjang dan tajam, dengan struktur yang kaku. Bangun jarum (acerosus), mempunyai struktur yang
panjang berbentuk bulat dan kaku, sehingga berdiri tegal di setiap helainya
(Rosanti, 2013).
3. Pangkal Daun (Basis folli)
Pangkal daun merupakan bagian
helaian daun yang berhubungan dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di
kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi
enam macam: Runcing (acutus), meruncing
(acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), ramping atau rata (truncatus)
dan berlekuk (emarginatus) (Rosanti,
2013).
4. Ujung Daun (Apex folii)
Ujung daun merupakan pucuk daun,
dimana letaknya paling jauh dari pangkal daun. Dalam Morfologi Tumbuhan
diketahui sedikitnya 7 bentuk ujung daun yaitu: runcing (acutus), meruncing (acuminatus),
tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), ramping atau rata (truncatus), terbelah (retusus), dan berduri (mucronatus) (Rosanti, 2013).
5. Tepi Daun (Margo folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang
rata (integer) dan yang tidak rata.
Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk (Rosanti, 2013).
6. Daging Daun (Intervenium)
Daging
daun merupakan isi dari daun. Daging daun berbeda-beda, ada yang yang berdaging
tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging dan dapat dibedakan
menjadi: tipis seperti selaput (membranaceus),
tipis seperti kertas (papyraceus), tipis
lunak (herbaceous), kaku (perkeimenteus), seperti kulit (coriaceus) dan berdaging (carnosus) (Rosanti, 2013).
7. Pertulangan Daun (Nervatio)
Tulang
daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama dengan tulang manusia yang
member kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Berdasarkan posisi tulang-tulang
cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dapat dibedakan menjadi:
bertulang menyirip (pennineryis), bertulang
menjari (palminervis), bertulang
melengkung (cervinervis) dan bertulang
lurus atau sejajar (rectinervis)
(Rosanti, 2013).
8. Warna Daun
Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun tidak jarang
dijumpai daun dengan warna yang berbeda, seperti merah pada andong. Ada juga
yang memiliki warna campuran seperti hijau bercampur merah, hijau keputihan,
dan hijau kekuningan.
9. Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan).
Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu: licin (leavis), gundul (glaber),
berkerut (rugosus), berbulu (pilosus) dan bersisik (lepidus) (Rosanti, 2013).
D.
Struktur Daun Majemuk (Folium compositum)
Daun majemuk merupakan tangkai
daunnya bercabang-cabang dan helaian daunnya terletak pada cabang-cabang
tersebut. daun majemuk memiliki tiga struktur yaitu ibu tangkai (petiolus communis), anak daun (foliolum) dan tangkai anak daun (petiololus). Ibu tangkai daun merupakan
struktur tangkai daun yang paling besar, yang langsung duduk pada batang.
Anak-anak daun merupakan helaian daun yang terbagi-bagi menjadi beberapa
helaian yang kecil (Rosanti 2013).
1.
Jenis-jenis Daun Majemuk
Menurut
Rosanti (2013), berdasarkan susunan anak daun dan tangkai anak daunnya, daun
majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), dan daun majemuk
campuran (digitato pinnatus).
a)
Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)
Daun majemuk menyirip mempunyai anak-anak daun yang tersusun
di kiri dan di kanan ibu tangkai daun (petioles
communis). Biasanya daun-daun majemuk meyirip memiliki ukuran anak daun
yang kecil (Rosanti 2013).
b) Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)
Cara untuk menentukan apakah suatu daun memiliki struktur
daun majemuk menjari hampir sama dengan menentukan sistem tulang daun menjari.
Pada daun majemuk menjari, yang harus diperhatikan adalah susunan anak-anak
daun yang terpencar dari ujung ibu tangkai daun, seperti pada jari-jari tangan
(Rosanti 2013).
c) Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)
Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan susunan
daun majemuk menjari. Perbedaan dapat dilihat pada dua anak daun terakhir, yang
bisanya terletak di dekat ibu tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai daun,
melainkan pada tangkai daun yang disampinya, sehingga seolah-olah memiliki kaki
yang menunjang daun sampingnya. Contohnya daun rasberi (Rubus sp.) (Rosanti 2013).
d) Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
Struktur daun majemuk campuran merupakan perpaduan dari daun
majemuk menjari dan daun majemuk menyirip. Pada ujung ibu tangkai daun tersusun
cabang-cabang yang terpencar seperti jari. Pada cabang-cabang tersebut duduk
anak-anak daun yang tersusun menyirip. Contohnya daun putrid malu (Mimosa pudice) (Rosanti, 2013).
E.
Tata Letak Daun Pada Batang
Tangkai daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk melekat
pada batang atau cabang-cabang batang. Pada batang terdapat buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali nampak
sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu
cincin. Contohnya tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau familia
Poaceae, seperti bambu (Bambusa sp.),
dan tebu (Saccharum officinarum L.).
Pada tumbuhan dikotil, buku batang
tidak terlihat jelas, melainkan hanya membentuk seperti tonjolan pada batang
(Rosanti, 2013).
BAB III
METODOLIGI PRATIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Morfologi
Tumbuhan tentang bagian-bagian daun dilaksanakan pada Senin 16 November 2015,
pukul 15.00-16.50 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B. Alat Dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum
Morfologi Tumbuhan tentang bagian-bagian daun adalah lup, mikroskop binokuler,
pensil warna, mistar, dan buku gambar.
2.
Bahan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Morfologi Tumbuhan tentang
bagian-bagian daun adalah daun bambu (Bambusa
sp.), daun jagung (Zea mays), daun
cemara kipas (Thuja orientalis), daun
bawang (Allium hispolosium), daun
kelapa (Cocos nucifera), daun talas
pelangi (Caladium bicolor), daun bunga sepatu (Rosa sinensis), dan daun eforbia (Eufhorbia milli).
C.
Cara Kerja
Adapun
cara kerja yang digunakan dalam praktikum Morfologi Tumbuhan tentang
bagian-bagian daun ada 2 cara, yaitu pertama diamati adalah daun bambu (Bambusa sp.), daun jagung (Zea mays), daun cemara kipas (Thuja orientalis), daun bawang (Allium hispolosium), daun kelapa (Cocos nucifera), daun talas pelangi (Caladium bicolor), daun bunga sepatu (Rosa
sinensis), dan daun eforbia (Eufhorbia
milli). Lalu dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut.
Kedua digambar daun tersebut dan menunjukkan bagian vagina, pteiolus, dan lamina.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Daun
Gambar
|
Keterangan
|
Daun Bambu (Bambusa
sp.)
|
1. Jenis Daun: Daun lengkap
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (ligulatus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4. Apex Daun: Runcing (Acutus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (rectinervis)
8. Permukaan Daun: Berbulu (pilosus)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Bunga Sepatu (Rosa
sinensis)
|
1. Jenis Daun: Daun bertangkai
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Jorong (ovalis)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obticus)
4. Apex Daun: Meruncing (acuminatus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Bertoreh (divisus)
6. Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8. Permukaan Daun: Licin (laevis)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Jagung (Zea
mays)
|
1. Jenis Daun: Berpelepah
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (lingulatus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obticus)
4. Apex Daun: Runcing (acutus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8. Permukaan Daun: Berbulu (pilosus)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Talas Pelangi (Caladium
bicolor)
|
1. Jenis Daun: Daun Lengkap
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun perisai (peltatus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4. Apex Daun: Meruncing (acuminatus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Tipis seperti kertas (papyraceus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8. Permukaan Daun: Licin (laevis)
9. Warna Daun: Hijau dan Pink
|
Daun Cemara Kipas (Thuja
orientalis)
|
1. Jenis Daun: Bertangkai
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun jarum (acerosus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Rata (integer)
4. Apex Daun: Tumpul (obtusus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Bertoreh (divisus)
6. Daging Daun (Intervenium): Seperti kulit (coriaceus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8. Permukaan Daun: Bersisik (lepidus)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Eforbia (Eufhorbia
milli)
|
1. Jenis Daun: Bertangkai
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Memanjang (oblongus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4. Apex Daun: Rata (integer)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Berdaging (carnosus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Menyirip (pennineryis)
8. Permukaan Daun: Licin (laevis)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Bawang (Allium hispolosium)
|
1. Jenis Daun: Berupih
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Memanjang (oblongus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Membulat (rotundatus)
4. Apex Daun: Runcing (acutus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Lunak (herbaceous)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (revtinervis)
8. Permukaan Daun: Licin (laevis)
9. Warna Daun: Hijau
|
Daun Kepala (Cocos nucifera)
|
1. Jenis Daun: Daun Lengkap
2. Bangun Daun (Circumscriptio): Bangun pita (ligulatus)
3. Pangkal Daun (Basis folii): Tumpul (obtusus)
4. Apex Daun: Runcing (acutus)
5. Tepi Daun (Margo folii): Rata (integer)
6. Daging Daun (Intervenium): Kaku (perkaimenteus)
7. Pertulangan Daun (Nervatio): Sejajar (rectinervis)
8. Permukaan Daun: Licin (laevis)
9. Warna Daun: Hijau
|
B. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terdapat 8
jenis daun yang diamati, daun pertama daun bambu (bambusa sp.) memiliki jenis daun lengkap karena memiliki upih daun, tangkai daun
dan helaian daun, kemudian bangun daunnya (Circumscriptio)
bangun pita (ligulatus) karena
memiliki ukuran daun yang lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus),
apex daunnya runcing (Acutus) karena
ujung daun mengecil dan menyempit, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer),
daging daunnya (Intervenium) tipis
seperti kertas (papyraceus),
pertulangan daunnya (Nervatio)
sejajar (rectinervis) karena posisi
tulang cabang terlerak di kiri-kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya
berbulu (pilosus) serta warna daunnya
hijau. Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa daun bambu (Bambusa sp.) tergolong ke dalam daun
lengkap karena memiliki upih daun (vagina),
tangkai daun (petiolus), dan helaian
daun (lamina).
Pada daun bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis) memiliki jenis daunnya bertangkai karena hanya memiliki
tangkai dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) jorong (ovalis)
karena panjang dan lebar helaian daun melalui garis bantu berkisar antara 1,5 :
1 sampai 2 : 1, pangkal daunnya (Basis
folii) tumpul (obticus), apex
daunnya meruncing (acuminatus), tepi
daunnya (Margo folii) bertoreh (divisus), daging daunnya (Intervenium) tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah
kiri dan kanan tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Citrosupomo (1989), yang
menyatakan bahwa daun bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis) memiliki tangkai dan helaian daun sehingga disebut daun
bertangkai.
Pada daun jagung (Zea
mays) memiliki jenis daun yang berpelepah karena hanya memiliki pelepah dan
helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio)
bangin pita (lingulatus) karena
memiliki ukuran daun yang lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obticus),
apex daunnya runcing (acutus) karena mengecil dan menyempit di
kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer),
daging daunnya (Intervenium) tipis
seperti kertas (papyraceus),
pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip
(pennineryis) karena posisi
tulng-tulang cabang tersusun di sebelah kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan
daunnya berbulu (pilosus) serta warna
daunnya hijau. Menurut Rosanti (2011), yang menyatakan bahwa daun yang hanya
memiliki pelepah (vagina) dan helaian
(lamina), sering disebut daun
berpelepah. Contohnya pada daun jagung (Zea
mays). Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa daun jagung (Zea mays) tergolong ke dalam bangun pita
(lingulatus) yang serupa daun bangun
garis, tetapi lebih panjang lagi.
Pada daun talas pelangi (Caladium
bicolor) memiliki jenis daun yang lengkap karena memiliki upih, tangkai dan
helaian daun, bangun daunnya (Circumscriptio)
bangun perisai (peltatus) karena
letak tangkai daun berada di tengah-tengah helaian daun, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya meruncing (acuminatus)
karena titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer) daging daunnya (Intervenium)
tipis seperti kertas (papyraceus), pertulangan
daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis) karena posisi tulang-tulang
cabang tersusun di sebelah kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan
daunnya licin (laevis) serta warna
daunnya hijau dan pink. Menurut Citrosupomo (1989), yang menyatakan bahwa
berbagai jenis tumbuhan talas tergolong ke dalam daun lengkap, karena memiliki
upih daun (vagina), tangkai daun (petioles), dan helaian daun (lamina).
Pada daun cemara kipas (Thuja
orientalis) memiliki jenis daun yang bertangkai karena hanya memiliki
tangkai dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio) bangun jarum (acerosus)
karena strukturnya panjang, berbentuk bulat dan kaku, pangkal daunnya (Basis folii) rata (integer), apex daunnya tumpul
(obtusus) karena jarak tepi daun jauh
dari ibu tulang daun, tepi daun (Margo
folii) bertoreh (divisus), daging
daunnya (Intervenium) seperti kulit (coriaceus) karena daunnya cukup tebal,
kaku dan keras tertapi tidak berair, pertulangan daunnya (Nervatio) menyirip (pennineryis)
karena posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kanan dan kiri ibu
tulang daun, dan permukaan daunnya bersisik (lepidus) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang
menyatakan bahwa daun cemara kipas (Thuja
orientalis) tergolong kedalam tipe daging daun seperti kulit (coriaceus).
Pada daun eforbia (Eufhorbia
milii) memiliki jenis daun yang bertangkai karena hanya memiliki tangkai
dan helaian daun saja, bangun daunnya (Circumscriptio)
memanjang (oblongus), pangkal daunnya
(Basis folii) tumpul (obtusus), apex daunnya rata (integer), tepi daunnya (Margo
folii) rata (integer), daging
daun (Intervenium) berdaging (carnosus) karena memiliki struktur
sangat tebal dan mengandung air, pertulangan daun (Nervatio) menyirip (pennineryis)
karena posisi tulang-tulang cabang tersusun disebelah kiri dan kanan ibu tulang
daun, dan permukaan daunnya licin (laevis)
serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun
eforbia (Eufhorbia milli) merupakan
daun yang berdaging sangat tebal.
Pada daun bawang (Allium hispolosium ) memiliki jenis daun yang berupih
karena hanya memiliki upihnya saja, bangun daun (Circumscriptio) memanjang (oblongus),
pangkal daun (Basis folii) membulat (rotundatus), apex daunnya runcing (acutus)
karena mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer), daging daunnya (Intervenium)
lunak (herbaceous) karena mengandung
banyak air, pertulangan daunnya (Nervatio)
sejajar (revtinervis) karena posisi
tulang cabang terletak di kiri dan kanan ibu tulang daun, dan permukaan daunnya
licin (laevis) serta warna daunnya hijau.
Menurut Rosanti (2013), yang menyatakan bahwa daun bawang (Allium hispolosium) tergolong daging daun (Intervenium) yang lunak (herbaceous)
karena pada daunnya mengandung air.
Pada daun kelapa (Cocus
nucifera) memiliki jenis daun yang lengkap karena memiliki upih, tangkai
dan helaian daun, bangun daunnya (Circumscriptio)
bangun pita (ligulatus) karena
memiliki ukuran yang jauh lebih panjang, pangkal daunnya (Basis folii) tumpul (obtusus),
apex daunnya runcing (acutus) karena daunnya mengecil dan
menyempit di kiri dan kanan secara bertahap, tepi daunnya (Margo folii) rata (integer),
daging daunnya (Intervenium) kaku (perkaimenteus) karena umumnya dimiliki
oleh daun berbangun pita, sehingga dapat digulung, pertulangan daunnya (Nervatio) sejajar (rectinervis) karena posisi tulang cabang terletak di kiri dan kanan
ibu tulang daun, dan permukaan daunnya licin (laevis) serta warna daunnya hijau. Menurut Rosanti (2013), yang
menyatakan bahwa daun kelapa (Cocos
nucifera) tergolong ke dalam daging daun (Intervenium) kaku (perkamenteus)
yang umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan
dibentuk apapun.
Menurut
Citrosupomo (1989), daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian daun yaitu upih
daun atau pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petioles), dan helaian
daun (lamina). Kebanyakan tumbuhan mempunyai
daun, yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut maka
dinamakan daun tidak lengkap.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum ini dapat dikesimpulkan bahwa daun memiliki bagian-bagiannya
seperti upih daun atau pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petioles), dan helaian
daun (lamina). Setiap daun dari berbagai
macam tanaman memilki karakteristik masing-masing. Karakteristik itu meliputi jenis
daun, bangun daun (Circumscriptio) pangkal
daun (Basis folii), ujung daun (Apex folii), tepi daun (Margo folii), daging daun (Intervenium) pertulangan daun (Nervatio), permukaan daun serta warna
daun.
DAFTAR PUSTAKA
Citrosupomo,
Gembong. 1989. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nilasari, A., Heddy,
S., Wardiyati, T., 2013. Identifikasi
Keragaman Mortologi Daun Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman
Hasil Persilangan Antara Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2
Tahun. Malang: Universitas
Brawijaya Malang. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 1.
Rosanti,
Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta:
Erlangga.
Tambaru,
E., Paembonan, S., Sanusi, D., Umar, A. 2005. Karakter Morfologi dan Tipe Stomata Daun Beberapa Jenis Pohon
Penghijauan Hutan Kota di Kota Makassar. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Yuzammi, J.,
Suwastika, N., Pitopang, R., 2015. Studi Beberapa Aspek Botani Amorphophallus paeoniifolius Dennst.
Nicolson (Araceae) di Lembah Palu. Palu: Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Tadulako Palu Indonesia. Online Jurnal of Natural Science ISSN:
2338-0950 Vol 4(1) :17-31.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar